TANJAB TIMUR – CNN
Edo, anak yatim yang telah di tinggal ibunda kandungnya murid kelas empat SDN 114/X Pandan Jaya Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi diduga diintimidasi untuk mengaku oleh Kepala SDN 114/X Pandan Jaya dan beberapa guru karena dicurigai mengambil uang teman sekolahnya. Hal ini diungkapkan oleh ayah Edo, Dadang (31) ketika disambangi awak media di kediamannya, baru-baru ini.
Dadang melanjutkan, saat anaknya dipangil ke kantor Kepala Sekolah, supaya Edo mengaku bahwa memang dirinya yang mengambil uang temannya. Edo diduga juga sempat di tampar, di injak kakinya dan di ancam akan di keluarkan dari sekolah.
“Kita yang orang tua kandung saja gak pernah menampar, kita yang membiayakan, kita yang beri makan. Kok pihak sekolah enak-enak saja, mentang-mentang bukan mereka yang besarkan, yang biayakan, kok tiba-tiba main tampar,” beber Dadang.
“Apakah cuma anak saya yang sekolah disitu? Mentang-mentang kita hidup susah, Ibunya tidak ada lagi sudah meninggal. Anak saya yang di tuduh. Dia (Kepala Sekolah, red) main tangan,” ujar Dadang.
Menurutnya, tak sewajarnya guru berprilaku seperti itu kepada murid. Harusnya pihak sekolah menyelidiki dulu dengan cermat. Tak sekonyong-konyongnya langsung menampar, menginjak kaki anaknya dan bahkan mengancam akan di keluarkan dari sekolah.
“Di ancam mau di keluarkan dari sekolah, apa maksud dan tujuannya. Sedangkan senakal-nakalnya anak tidak sewajarnya guru langsung mengeluarkan,” katanya dengan raut wajah kesal.
Masih kata Dadang, Ia menceritakan pengakuan anaknya, Edo awalnya menemukan dompet, sehingga dompet tersebut diserahkan ke guru. Naas Edo, malah dirinya yang di tuduh mencuri uang dalam dompet tersebut.
Sebelumnya, sambung Dadang, tuduhan pencuri sempat disandang anaknya. Karena salah satu guru kehilangan dompet dan uangnya. Ternyata, setelah pihak sekolah mencari barang yang hilang tersebut, bukan si Edo yang melakukan.
“Kejadian itu saya tidak ada dirumah, neneknya yang datang ketika sekolah memanggil. Tiba-tiba setelah dicari-cari, ternyata, duit dan dompet tadi ada di dalam bagasi motor guru yang merasa kehilangan,” terangnya.
“Ini terjadi lagi, seakan-akan anak kita yang salah terus. Mentang-mentang kita hidup susah,” tandas Dadang.
Akibat kejadian ini, lanjut Dadang, anaknya mengalami keadaan traumatis dan membuat Edo tidak mau sekolah lagi. “Dia ini sekarang trauma, Saya paksa aja ke sekolah,” pungkasnya.
Sementara itu Kepala SDN 114/X Pandan Jaya, Emma Susisuwanti, S.Pd ketika dikonfirmasi media ini dikantornya, kebetulan pada waktu yang sama ayah Edo juga di panggil pihak sekolah berkilah jika pihaknya tidak menuduh, tapi karena Edo yang mengembalikan dompet milik muridnya yang hilang dan kebetulan Edo menyimpan uang sebesar Rp. 30.000, – akibatnya Ia dicurigai, Selasa (17/3/2020).
“Anak kelas I b Itu kebetulan anak Hendri, membawa uang kesekolah dengan dompetnya, isinya seratus lima puluh ribu. Dompet itu hilang, Dia (Edo, red) yang menemukan dompet itu. Itupun yang menjadi saksi orangtuanya sendiri, Meri dan Hendri. Sekali lihat isi dompetnya tidak ada lagi,” jelasnya dengan arogan.
“Kami tidak nuduh, cuma curiga aja, Saya cuma mencari informasi, menelusuri dari mana sumber uang itu,” kilahnya.
Kemudian, terkait dugaan ayah Edo tentang adanya penganiayaan, Emma menjelaskan bahwa Ia marah dan jengkel karena jawaban si Edo berbeda-beda ketika ditanya tentang dari mana asal-usul uang yang Edo miliki.
“Ini saksi guru-guru Saya, lagi pula Saya tidak ada menampar, bukan nampar itu namanya, (praktik gerakan menjolak kepala menggunakan tangan), Saya tidak menginjak Dia, Saya memakai kaos kaki seperti ini, (praktik mengangkat kaki lalu menginjak kaki). Menurut Saya tidak apa-apa, karena tidak ada bekas dan tidak sakit juga, kalau Dia (Edo, red) sakit karena kesalahan Dia juga,” paparnya sambil mempraktikan memarahi Edo.
Adapun tentang dugaan pengancaman Edo akan dikeluarkan dari sekolah, Emma juga mengatakan bahwa tidak pernah mengancam mengeluarkan Edo dari sekolah, Ia hanya berpesan kepada Edo agar mendatangkan orang yang memberi uang yang dimiliki Edo.
“Anak ini belum selesai ceritanya, Kitakan intinya merubah karakter Dia, Saya tidak mengancam keluar dulu, cukup datang orang tuanya seperti ini, ada kejelasan bagi Dia, Dia tidak salah untuk apa kita keluarkan,” ungkapnya.
Menurutnnya tujuan dari pendidikan adalah merubah karakter anak menjadi lebih baik. Sehingga apapun yang Ia lakukan kepada Edo tidak menjadi masalah dan tidak perlu lagi di perpanjang.
“Tujuan Saya memperbaiki karakter, jujur saja Dia mengakui, Saya maafkan Dia. Seandainya Edo itu mengaku, Saya tidak marah, malah Saya kasihan, mau Saya kasih Dia uang, karena Saya tau keadaan orang tuanya seperti apa,” katanya.
“Kalau sudah seperti ini tidak apa. Karena guru tidak bisa dipidanakan kalau tujuannya untuk mengubah ahklak anak. Kami pegang itu,” ungkap Emma dengan angkuhnya. (Tim)